CLOZE: PENERAPAN TEKNIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA




Istilah cloze diambil dari persepsi psikologi gestal yang merupakan proses merupakan proses ‘menutup’ sesuatu yang belum lengkap. Dalam teknik cloze, tempat kosong sengaja disediakan dalam suatu wacana dengan menghilangkan kata-kata tertentu yang kesekian (ke-n: ke-5, ke-6, atau ke-7). Tugas siswa dalam tes ini adalah mengisikan kembali kata-kata yang dihilangkan tersebut. Untuk mengisikan kembali kata-kata itu secara tepat, siswa dituntut menguasai sistem gramatikal bahasa dan harus dapat memahami wacana. 

Kemampuan pembaca untuk mengisikan kata yang hilang dalam teks itu mirip dengan proses konstruktif. Jika konteksnya secara komplit bersifat redundan (melimpah/pengulangan), atau pengisian kata itu berupa peringatan, pengisian data itu tidak berbeda dengan melengkapi pola visual yang belum sempurna. Akan tetapi, jika konteksnya belum dikenal, pengisian kata menjadi lebih sulit dilakukan karena kita harus memahami konteks itu terlebih dahulu. Itu sebabnya teknik cloze tepat digunakan untuk mengukur kemampuan pelajar untuk memahami suatu wacana (umumnya berupa tulisan, tetapi dapat juga secara lisan).
Mengukur kemampuan berbahasa siswa menggunakan teknik close dapat dilakukan dengan memilih wacana yang ‘memaksa’ siswa untuk memahami wacana itu. Untuk dapat memaksa siswa agar memahami wacana tersebut, wacana yang dipilih haruslah yang tingkat redundansinya rendah dan juga bukan merupakan wacana yang hanya dikenal oleh kelompok tertentu saja.

Penghilangan kata dalam suatu wacana cloze dapat dilakukan dengan menghilangkan setiap kata yang ke-n atau menghilangkan setiap jenis kata tertentu; sifat, kerja, atau kata tugas (Nurgiantoro, 1995:183)
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) dengan nama Cloze Procedure. Konsep ini menjelaskan tentang kecenderungan manusia untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap secara mental menjadi satu kesatuan yang utuh; kecenderungan untuk mengisi atau melengkapi sesuatu yang sesungguhnya ada, namun tampak dalam keadaan yang tidak utuh; melihat bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan.
 
Berdasarkan konsep tersebut, Taylor mengembangkannya menjadi sebuah alat ukur keterbacaan wacana yang diberinya nama Cloze Procedure. Istilah ini juga dikenal dengan sebutan Teknik Isian Rumpang. Taylor menggambarkan teknik isian rumpang sebagai suatu metode yang dipergunakan untuk melatih daya tangkap pembaca/penyimak terhadap maksud/pesan penulis/pembicara dengan cara menyajikan secara tidak utuh dalam suatu wacana (merumpangkan bagian-bagian tertentu). Para pembaca/penyimak harus mampu mengolahnya menjadi sebuah pola yang utuh seperti wujudnya semula.

Perhatikan contoh berikut.
Anak perlu dikenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk perkembangan.................(1) dan emosinya. Anda dapat ...........(2) proses mekarnya bunga dan ..............(3) aneka warna bunga pada ..........(4). Kepada anak yang lebih ........(5) Anda dapat menceritakan bentuk ......(6) warna bunga yang indah ........(7), baunya yang harum, atau .........(8) membuat serangga tertarik dan ..........(9) untuk menghisap madu.
 
Bandingkan dengan wacana di bawah ini!
Selain, itu pengenalan ............(1) alam sekitar .......(2) penting ........(3) merangsang kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan ..........(4) permukaan ......(5) ujung daun ......(6) melatih alat perabanya. Anak .......(7) sudah pAndai berjalan .........(8) diajak menginjak rumput .........(9) berembun ........(10) pagi.

Pada dua contoh di atas, pembuatan teknik cloze tidak sama. Pengosongan/pelesapan kata pada wacana pertama dilakukan dengan tingkat keteraturan yang konsisten. Penghilangan kata pada wacana yang pertama dilakukan pada setiap kata kelima. Pelesapan baru dilakukan pada kalimat kedua, sedangkan kalimat pertama wacana tersebut dibiarkan hadir secara utuh.

Pengosongan/pelesapan pada wacana kedua tidak dilakukan atas dasar keteraturan jarak. Penghilangan kata pada wacana tersebut tampak tidak konsisten atau tidak sistematis berdasarkan jarak. Kalau diperhatikan dengan cermat, penghilangan kata dalam wacana kedua berpola jenis kata. Kata-kata yang dilesapkan adalah kata yang berjenis kata tugas.

Bandingkan dengan teks aslinya berikut ini.

Wacana I
Anak perlu diperkenalkan pada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting untuk perkembangan intelektual dan emosinya. Anda dapat menceritakan proses mekarnya bunga dan mengenalkan aneka warna bunga pada anak. Kepada anak yang lebih besar, Anda dapat menceritakan bentuk dan warna bunga yang indah serta baunya yang harum atau yang membuat serangga tertarik dan datang untuk menghisap madu.
Wacana II
Selain itu pengenalan terhadap alam sekitar juga penting untuk merangsang kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiap kali disentuhkan ke permukaan daun dan ujung daun untuk melatih alat perabanya. Anak yang sudah pandai berjalan dapat diajak menginjak rumput yang berembun setiap pagi.
Jawaban siswa untuk mengisi cloze dalam fungsinya sebagai alat ukur hendaknya tepat benar, yakni kata yang persis sama dengan teks aslinya. Jika jawaban yang dikehendaki oleh wacana I di atas terdiri atas: (1) intelektual, (2) menceritakan, (3) mengenalkan, (4) anak, (5) besar, dan seterusnya, demikian pula seharusnya siswa mengisi/menjawabnya. Cara ini biasanya dimaksudkan untuk dipergunakan oleh sekelompok besar siswa dalam kelas yang besar.
Dalam kenyataannya, penggunaan teknik cloze tidak terlalu menuntut jawaban persis dari siswanya. Kata-kata yang bersinonim atau kata-kata yang dapat menggantikan kedudukan kata asli, baik ditinjau dari segi makna atau struktur kalimatnya, dapat juga diterima sebagai jawaban yang benar. Cara ini biasanya digunakan dalam teknik pengajaran yang dimaksudkan untuk melatih keterampilan siswa membaca (Harjasujana dan Mulyati, 1997).

2 komentar

Kalo perbedaan cloze procedure dengan cloze test itu apa? terima kasih

Kalo perbedaan cloze procedure dengan cloze test itu apa? terima kasih


EmoticonEmoticon