Berikut ini akan dijelaskan tentang apa saja faktor-faktor penyebab alih kode.
Fishman (1976: 15 dalam Abdul Chaer 2010: 108) mengemukakan: “siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa.”
Di dalam kepustakaan linguistik umum, faktor-faktor penyebab alih kode adalah di bawah ini:
a. Pembicara (Penutur)Seorang pembicara atau penutur sering melakukan alih kode untuk mendapatkan keuntungan dari tindakannya itu. Misalnya, Indah setelah beberapa saat berbicara dengan Rebecca mengenai usul kenaikan pangkatnya baru tahu bahwa Rebecca itu berasal dari daerah yang sama dengan dia dan juga mempunyai bahasa ibu yang sama.
Dengan tujuan supaya urusannya cepat selesai dia melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerahanya. Apabila Rebecca ikut terpancing untuk menggunakan bahasa daerah, bisa diharapkan urusan menjadi lancar. Namun, jika Rebecca tidak terpancing dan tetap menggunakan bahasa Indonesia, bahasa resmi untuk urusan kantor. Urusan mungkin saja menjadi tidak lancar karena rasa kesamaan satu masyarakat tutur yang ingin dikondisikannya tidak berhasil, yang menyebabkan tiadanya rasa keakraban.
Dalam kehidupan, kita menjumpai banyak tamu kantor pemerintah yang sengaja menggunakan bahasa daerah dengan pejabat yang ditemuinya untuk memperoleh manfaat dari adanya rasa kesamaan satu masyarakat tutur. Dengan penggunaan bahasa daerah, rasa keakraban pun lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan ini biasanya dilakukan oleh penutur yang mengharapkan bantuan lawan tuturnya.
b. Pendengar (Lawan Tutur)
b. Pendengar (Lawan Tutur)
Lawan bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur itu. Biasanya, kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang baik karena memang mungkin saja bukan bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur itu berlatar belakang bahasa yang sama dengan penutur, alih kode yang terjadi hanya berupa peralihan varian (baik regional maupun sosial). Selain varian, bisa juga yang berubah itu:
- ragam
- gaya
- register.
Bila si lawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak sama dengan si penutur, hal yang terjadi adalah alih bahasa.
Contohnya:
Ani pramuniaga sebuah toko cideramata. kemudian, ia kedatangan tamu seorang turis asing. Turis itu pun mengajak bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia.
Ketika kemudian si bule kelihatan kehabisan kata-kata untuk terus berbicara dalam bahasa Indonesia, Ani pun bersegera beralih kode untuk bercakap-cakap dalam bahasa Inggris.
Hasilnya, percakapan menjadi lancar kembali.
c. Perubahan Situasi (Hadirnya Orang Ketiga)
Kehadiran orang ketiga yang tidak berlatar belakang selaku pengguna bahasa sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur, dapat menyebabkan terjadinya alih kode.
c. Perubahan Situasi (Hadirnya Orang Ketiga)
Kehadiran orang ketiga yang tidak berlatar belakang selaku pengguna bahasa sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur, dapat menyebabkan terjadinya alih kode.
Sebagai contoh:
Sewaktu Nurul dan Wina bercakap-cakap dalam bahasa Sunda, masuklah Riama, orang batak yang tidak menguasi bahasa Sunda ke bahasa Indonesia. Apabila Riama mengerti bahasa Sunda mungkin alih kode tidak dilakukan oleh Nurul dan Wina.
d. Perubahan dari Formal ke Informal (atau Sebaliknya)
d. Perubahan dari Formal ke Informal (atau Sebaliknya)
Percakapan dimulai dalam bahasa Indonesia karena tempatnya di kantor, dan yang dibicarakan adalah tentang surat. Jadi situasinya formal. Namun, begitu yang dibicarakan bukan lagi tentang surat, melainkan tentang pribadi orang yang disurati sehingga situasi menjadi tidak formal, terjadilah alih kode. Untuk situasi tak resmi, memang lebih mudah menggunakan bahasa pertama daripada bahasa kedua bila situasi mendukung.
e. Perubahan Topik Pembicaraan
Perubahan topik pembicaraan dapat menyebabkan terjadinya alih kode.
Contohnya:
Percakapan menggunakan bahasa Indonesia tetapi ketika permbicaraan beralih ke topik lain sehingga terjadilah alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Ibu. Apabila kedua pembicara tidak menggunakan bahasa ibu tentu alih kode akan dilakukan ke dalam bahasa Indonesia nonformal bukan bahasa ibu.
Alih kode tidak akan terjadi meskipun topik permbicaraan berganti, misalnya dari topik pengiriman surat menjadi topik penagihan utang atau pembayaran gaji pegawai sebab situasi tetap formal, yang dalam masyarakat tutur Indonesia harus menggunakan ragam resmi yang mungkin berubah adalah penggunaan registernya.
Sementara itu, perubahan register dianggap juga sebagai alih kode (sebab berubah ragam atau dialek juga dianggap persitwa alih kode) yang persoalannya menjadi lain. Untuk kegiatan tertentu, diperlukan register tertentu.
EmoticonEmoticon