Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dalam
mempelajari bahasa kedua dan hal ini terkait dengan pembelajar sebagai pelaku
langsung dalam proses pembelajaran ini. Pertama adalah motivasi. Motivasi siswa
dalam belajar bahasa kedua sangat menentukan seseorang dalam proses belajarnya.
Motivasi ini yang membedakan seseorang akan berhasil atau gagal dalam belajar
bahasa kedua. Ada yang belajar bahasa kedua karena bahasa kedua tersebut
merupakan pelajaran wajib untuk ujian nasional, seseorang belajar bahasa karena
ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yang membutuhkan persyaratan
bahasa kedua, atau belajar bahasa kedua untuk dapat tinggal atau bertahan hidup
di negara dimana bahasa tersebut merupakan bahasa komunikasi. Apapun motivasi
pembelajar yang mendukung pembelajar, motivasi sangat berperan dalam
mempermudah ataupun mempercepat proses belajar bahasa kedua.
Menurut Finegan (2004:560) terdapat 2 macam motivasi pembelajar dalam
belajar bahasa kedua. Pertama,
motivasi pelengkap (instrumental motivation). Motivasi ini mendukung pembelajar
dalam membantu proses belajar bahasa kedua dengan cara pembelajar membaca
buku-buku ilmu pengetahuan, menyanyi atau menonton film dengan materi bahasa
kedua. Motivasi ini hampir dimiliki oleh setiap pembelajar bahasa kedua karena
motivasi ini hanya memerlukan sedikit rangsangan dari luar untuk belajar bahasa
kedua tanpa berhubungan dengan komunitas dengan pengguna bahasa kedua. Kedua, motivasi keseluruhan. Motivasi ini sangat berbeda dengan motivasi yang
pertama dimana motivasi ini lebih kuat bagi pembelajar untuk belajar bahasa
kedua. Hal ini dikarenakan pembelajar langsung terjun ke komunitas pengguna
bahasa kedua. Mau tidak mau pembelajar dihadapkan dengan masyarakat yang
menuntut pembelajar untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa kedua.
Faktor kedua yang berperan dalam belajar bahasa kedua
adalah strategi belajar. Strategi belajar merupakan tahapan bagi pembelajar
bahasa kedua dalam menjadikan mereka agar aktif dan terlibat langsung dalam
proses pembelajaran. Tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi. Dengan strategi belajar yang tepat akan menghasilkan kemampuan
berbahasa kedua yang lebih baik dan meningkatkan percaya diri.
Menurut Oxford (1990:8), strategi belajar adalah suatu cara yang
digunakan pembelajar dalam pemerolehan, penyimpanan, percobaan, dan pemanfaatan
atas informasi yang didapat. Ditambahkan pula bahwa strategi belajar merupakan
suatu aktifitas yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah, lebih
cepat, lebih menyenangkan, lebih terarah, lebih efektif, dan lebih mudah untuk
digunakan dalam situasi baru.
Faktor ketiga yang mempengaruhi pembelajar dalam
belajar bahasa kedua adalah peran guru. Pada jaman dulu, peran guru diharapkan
sebagai figur yang ditiru, sebagai orang tua, instruktur, orang yang
mengarahkan, hakim, pemimpin, pengevaluasi, pengontrol, atau bahkan sebagai
dokter yang wajib bisa menyembuhkan pembelajar dengan segala masalah yang
dihadapinya. Pada jaman sekarang, keadaan telah berubah. Menurut Oxford
(1990:10), guru memiliki peran sebagai fasilitator, membantu mengarahkan
pembelajar, penasehat, koordinator, orang yang memiliki ide, mendiagnosa jika
ada masalah dengan pembelajar, dan sebagai komunikator. Dengan demikian,
menjadi guru adalah suatu profesi dimana dituntut untuk selalu kreatif dan
inovatif sehingga menghasilkan pembelajar yang memahami arti tentang belajar.
Motivasi
berkorelasi positif dengan keberhasilan belajar bahasa kedua. Ini berarti bahwa
pembelajar bahasa yang mempunyai motivasi, apapun jenis motivasinya, cenderung
akan lebih cepat mencapai keberhasilan belajar. Di lain pihak, pembelajar
bahasa yang tidak mempunyai motivasi akan sulit mencapai keberhasilan dari
pembelajarannya. Contoh ketiadaan motivasi ini
barangkali bisa dibuktikan dari hasil pembelajaran bahasa Inggris di
sekolah menengah.
Para
peneliti seperti Jean Piaget, Abraham Maslow, dan Kerome Bruner (sebagaimana
dikutip Brown, 2001) mengatakan bahwa motivasi intrinsik lebih unggul daripada
motivasi ekstrinsik. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa kedua, ini bisa
diartikan bahwa pembelajar yang mempunyai motivasi intrinsik akan lebih
berhasil daripada mereka yang hanya mempunyai motivasi ekstrinsik. Tapi ini
juga bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik sama sekali tidak berguna. Hanya
saja, sebagaimana diungkap oleh Brown (2001), hasil yang diperoleh dari
landasan motivasi instrinsik akan lebih bertahan lama daripada hasil yang
diperoleh dari motivasi ekstrinsik.
Bagaimanakah
motivasi itu bisa ditumbuhkan dalam diri pembelajar bahasa kedua? Berikut
adalah teknik-teknik yang disarankan oleh Brown (2001) agar motivasi itu
tumbuh:
1. Mengajar menulis
(writing) sebagai proses berpikir di
mana pembelajar bisa mengembangkan
gagasan mereka dengan bebas dan terbuka.
2. Menunjukkan
strategi membaca yang memungkinkan pembelajar menuliskan informasi yang mereka
peroleh.
3. Menggunakan
pendekatan language experience yang
memungkinkan pembelajar menulis karangan untuk dibaca untuk orang lain di dalam
kelas.
4. Menerapkan
latihan lisan yang mengijinkan pembelajar bicara apa yang menarik bagi mereka
dan bicara tentang topik yang diberikan guru.
5. Menggunakan
materi listening yang sesuai dengan bidang studi pembelajar
untuk mencari informasi tertentu yang mampu mengurangi jurang pemisah pada diri
pembelajar.
6. Menerapkan
pengajaran bahasa secara komunikatif di mana bahasa diajarkan untuk memungkinkan
pembelajar memperoleh fungsi khusus tertentu.
7. Memberikan
penjelasan tentang grammar hanya pada topik yang berpotensi meningkatkan otonomi mereka dalam
belajar bahasa.
Teknik-teknik di
atas merupakan upaya untuk menumbuhkan motivasi – khususnya motivasi intrinsik.
Akan tetapi harus diingat bahwa tumbuh kembangnya motivasi belajar bahasa kedua
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal.
Teknik untuk
menumbuhkan motivasi mungkin akan sia-sia bila faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi tidak segera dibenahi. Theresia Rettob (dalam Nurhadi, 1990) meringkas
faktor-faktor
itu sebagai berikut:
Faktor Internal:
1. Pandangan
seseorang tentang bahasa yang sedang dipelajari. Jika pembelajar berpandangan positif
terhadap bahasa yang dipelajari maka ia akan memiliki motivasi yang positif.
Dalam kaitannya dengan hal ini, penulis melihat semakin banyak orang yang
tertarik belajar Bahasa Jepang, Bahasa Korea,
dan Bahasa Mandarin karena adanya pandangan bahwa ketiga bahasa ini semakin
banyak digunakan dalam dunia usaha. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya
ekspatriat yang berasal dari ketiga latar belakang bahasa tersebut.
2. Sikap
seseorang terhadap bahasa yang dipelajari. Sikap dan motivasi sangat berkaitan
dan mengacu pada keterarahan tingkah laku.
Faktor
Eksternal:
1. Faktor orang
tua yang digolongkan pada peran aktif dan pasif terhadap anaknya yang belajar
bahasa kedua. Orang tua yang berperan aktif akan bersikap mendorong anaknya
untuk belajar dengan baik.
2. Lingkungan
sosial tempat pembelajar itu berada.
3. Faktor sosial
psikologis lingkungan pembelajar bahasa.
EmoticonEmoticon