Motivasi
adalah salah satu faktor yang memberikan kontribusi pada keberhasilan
pembelajaran bahasa kedua. Longman Dictionary of Applied Linguistics (1985)
mendefinisikan motivasi sebagai faktor yang menentukan keinginan (desire)
seseorang untuk melakukan sesuatu. Definisi sejenis dapat dijumpai dalam Brown
(1987) yang menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam, dorongan sesaat,
emosi atau keinginan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi lain tentang motivasi sebagaimana dapat dilihat dalam
http://www.scribd.com/doc/59099759/
Pengertian-MotivasiMenurut-Para-Ahli adalah
sebagai berikut:
a) Cropley,
(1985) Motivasi dapat dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui
perilaku tertentu”.
b) Wlodkowski
(1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence)
pada tingkah laku tersebut.
c) T. Hani
Handoko (2003), mengemukakan bahwa motivasi adalah: “Keadaan pribadi seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukankegiatan tertentu guna
mencapai tujuan”.
d) Menurut H.
Hadari Nawawi (2003), motivasi adalah: “Suatu keadaan yang mendorong atau
menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang
berlangsung secara sadar.
Dalam kaitannya
dengan pembelajaran bahasa kedua, motivasi merupakan keseluruhan tujuan atau
orientasi pembelajar. Gardner dan Lambert membedakan motivasi menjadi motivasi
instrumental dan motivasi integratif (Ellis, 1986). Dalam Longman Dictionary of
Applied Linguistics kedua jenis motivasi itu dijelaskan sebagai berikut:
Motivasi
instrumental adalah keinginan belajar suatu bahasa karena bahasa itu berguna
untuk tujuan ‘instrumental’ tertentu seperti mendapatkan pekerjaan, membaca
koran, atau lulus tes. Sedangkan motivasi integratif adalah keinginan belajar
bahasa agar bisa berkomunikasi dengan orang dari budaya lain yang menggunakan
bahasa itu.
Menurut Gardner
dan Lambert, pembelajar dengan orientasi yang berbeda bisa sama sama termotivasi belajar
secara intensif. Akan tetapi, pembelajar
yang berorientasi secara integratif pada akhirnya akan lebih mampu memelihara
dorongan untuk menguasai bahasa kedua (Larsen-Freeman dan Long, 1991). Dikatakan juga bahwa pembelajar
yang memiliki motivasi integratif memperoleh nilai profisiensi yang lebih baik.
Akhirnya disimpulkan bahwa dibandingkan dengan motivasi instrumental, motivasi
integratif lebih menunjang keberhasilan PBK.
Setelah
adanya hipotesa tentang keunggulan
motivasi integratif itu, para guru dan peneliti mulai meyakini bahwa motivasi
ini lebih diperlukan dalam PBK daripada motivasi instrumental. Namun dalam
perkembangan berikutnya hipotesis ini
terbantahkan. Penelitian yang dilakukan Yasmeen Lukmani di India menunjukkan
bahwa pembelajar yang berasal dari latar belakang bahasa Marathi memperoleh
nilai profisiensi Bahasa Inggris yang lebih tinggi padahal mereka lebih kuat
termotivasi secara instrumental (Brown, 1987 dan LarsenFreeman dan Long, 1991).
Dengan demikian dikotomi antara motivasi integratif dan motivasi instrumental bukanlah
dikotomi antara baik dan buruk.
Menumbuhkan
Motivasi dalam Pembelajaran Bahasa Kedua
(Iman Suroso) tidak untuk dipertentangkan karena ternyata sama-sama bisa
mempengaruhi keberhasilan belajar bahasa kedua.
Selain dikotomi instrumental dan integratif, motivasi juga dibedakan
menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
motivasi dari dalam diri seseorang.
Jadi dalam
motivasi intrinsik seseorang ingin mencapai tujuan atau melakukan sesuatu bukan
karena adanya pemberian (reward) dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang timbul karena adanya faktor eksternal yaitu di luar diri
seseorang, misalnya untuk mendapatkan
reward. Perbedaan kedua jenis motivasi tersebut seperti dituangkan dalam
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/motivasi-belajar-intrinsik-dan-motivasi.html
adalah sebagai berikut:
a. Motivasi
Intrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah
laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan
dari luar.
b. Motivasi
Ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah
laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak di luar tingkah laku
tersebut.
Senada
dengan perbedaan di atas, Sutikno (2012) menjelaskan bahwa jenis motivasi
intrinsik timbul dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar
kemauan sendiri, sedangkan jenis motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan
dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu
atau belajar.
Kedua pasang
dikotomi motivasi di atas, oleh Kathleen Bailey (dikutip Brown, 1987)
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Integratif
Pembelajar B2 ingin berintegrasi dengan budaya B2 (misal: untuk imigrasi atau
menikah) orang
lain ingin agar pembelajar B2 memahami B2 untuk alasan-alasan integratif
(misal: orang tua Jepang menyekolahkan anaknya ke sekolah Bahasa Jepang)
Instrumental
Pembelajar B2 ingin mencapai tujuan yang menggunakan B2 (misal: untuk karir).
Kekuatan eksternal ingin pembelajar B2 belajar B2 (misal: korporasi mengirim
pebisnis Jepang ke AS untuk mengikuti pelatihan bahasa.
Sebagai
salah satu personal faktor,
motivasi bersifat sangat individual. Oleh karena itu, setiap pembelajar bahasa
boleh jadi mempunyai motivasi yang bebeda walaupun mereka sama-sama sedang
mempelajari bahasa kedua yang sama pula. Bukti bahwa setiap orang mempunyai
motivasi yang berbeda walaupun akan melakukan kegiatan yang sama ditunjukkan
oleh Brindley (dikutip Richards, 2001). Pada tiga pembelajar ESL di Australia,
Brindley membagikan questioner yang berisi harapan/keinginan mereka dari
pembelajaran ESL tersebut. Kemudian dia menyuruh mereka membuat peringkat tentang
keinginan tersebut.
EmoticonEmoticon