PENGARUH B1 TERHADAP B2



Tampaknya sudah merupakan keyakinan umum bahwa pemerolehan bahasa kedua sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa pertama sang pelajar. Dukungan yang paling jelas terhadap keyakinan ini muncul dari akses-akses asing dalam ujaran bahasa kedua sang pelajar. Misalnya, orang Perancis berbahasa Inggris, bahasa Inggrisnya berakses Perancis dan kalau orang korea  belajar Bahasa Indonesia makan aksen Indonesianya pun masih “berbau-bau Korea dan sebagainya. Di samping itu, bahasa pertama sang pelajar juga turut memengaruhi tingkat-tingkat bahasa lainnya kosakata dan tata bahasa. Walaupun hal ini mungkin merupakan sesuatu yang kurang jelas terlihat tetapi kebanyakan pelajar dan pengajar bahasa mengakui kebenarannya.
Merupakan keyakinan yang pupular bahwa peranan B1 dalam PB2 merupakan sesuatu yang negatif. Dengan kata lain, B1 mendapat angin untuk turut campur tangan dalam belajar B2, seperti adanya ciri-ciri B1. Sebenarnya proses B2 sering digolongkan dalam pendapat umum sebagai yang menanggulangi pengaruh-pengaruh B1, atau secara lambat menggantikan ciri-ciri B1 yang menggangu ke dalam B2 dengan yang ada pada bahasa sasaran dan begitu pula dengan hal-hal yang kira-kira lebih dekat dengan ujaran pembicara asli. Corder (1978) mengacu pandangan PB2 seperti ini sebagai suatu proses penstrukturan kembali atau restructing proces merupakan pandangan yang didasarkan pada teori belajar umum.
Apabila dalam pendapat umum B1 turut campur  tangan dalam pemerolehan sistem bahasa yang baru, bagaimanakah caranya riset PB2 memberi ciri pada peranan bahasa ibu? Pustaka riset menyatakan penolakan sunggug-sungguh mengenai betapa pervasifnya atau merembesnya B1 pada PB2. Pada suatu pihak pendapat umum itu mendapat dukungan (Marton 1981 : 150). Sedangkan pada pihak lain, pendapat umum itu ditolak, dan peranan B1 terhadap PB2 , kalaupun tidak ditolak seluruhnya justru paling sedikit diperkecil (Felix, 1980 : 107).
Agar kita dapat memahami adanya pandangan terhadap B1, kita perlu menguji evolusi gagasan interferensi yang dikemukakan oleh Felix. Hal ini melibatkan kita pada pengusutan kaitannya dengan hipotetis Analis Konstrastif dan serangan dari teoritis serta empiris terhadap analisis tersebut.
Untuk dapat memahami manfaat terhadap yang diberikan kepada peranan B1, kita perlu memahami prinsip-prinsip utama teori belajar kaum behavioris. Sampai akhir tahun 1960-an, pandangan-pandangan terhadap  belajar bahasa diturunkan dari teori belajar umum. Ada beberapa telaah mengenai PB2 yang didasarkan pada bahasa aktual yang dihasilkan para pelajar, dan beberapa upaya untuk menguji proses B2 secara empiris sebelum ini. Aliran yang dimainkan dalam psikologi, yang melaporkan kebanyakan diskusi mengenai belajar bahasa adalah behaviorisme. Gagasan pokok atau ide kunsi dapat dikenali dalam diskusi-diskusi tersebut adalah kebiasaan (habits), dan kesalahan (errors). Psikologi behavioris bermakna menjelaskan perilaku dengan cara mengamati aneka responsi yang berlangsung apabila stimulus tertentu.
Tentu saja tidak semua pola atau kebiasaan B1 berbeda dengan yang terdapat pada B2. Ada saja kemungkinan bahwa sarana pengeksperian suatu makna sama dalam B1 dan B2. Dalam hal seperti ini, sang pelajar tidak perlu menanggulangi hambatan proaktif . dalam hal ini kesalahan-kesalahan terjadi. Transfer bersifat positif apabila b1 dan B2 mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang sama. Dalam hal ini tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan. Jadi, perbedaan-perbedaan antara B1 dan B2 akan menimbulkan kesukaran belajar dalam bentuk kesalahan, sedangkan persamaan-persamaan antara B1 dan B2 memperlancar upaya belajar dengan cepat dan mudah.
Menurut teori behavioris, kesalahan-kesalahan merupakan akibat dari ketidak belajaran bukan akibat kesalahan-belajaran. Namun dalam kedua hal tersebut terdapat suatu persesuaian penuh bahwa keslahan-kesalahan hendaknya dihindari dan dijauhkan. Khusus mengenai komparasi, prosedur yang paling sederhana adalah mengnai aspek-aspek mana dari kedua yang bersamaan dan mana pula yang berbeda.akan tetapi, para penganalisis kontratif segera melihat bahwa rupanya ada tingkat-tingkat dalam persamaan dan perbedaan tersebut. Inilah beberapa kemungkinan yang dapat diungkapkan oleh sesuatu komparasi :
1.      Tidak ada perbedaan suatu ciri B1 (contoh : bentuk penyingkatan sonon (songon on) dlam bahasa Simalungun dicerminkan dalam bentuk yang sama dalam bahasa Karo bagenda (bagi si enda) yang dalam bahasa Indonesia keduanya berarti “begini” (bagai ini).
2.      Fenomena yang konvergen ( misalnya : dua butir dalam B1 bergabung menjadi satu dalam B2: kami, kita dalam bahasa Indonesia menjadi satu dalam bahasa Inggris we)
Serangan Chomsky terhadap behaviorisme benar-benar mengenai dasar psikologis teori-teori belajar bahasa. Kritik-kritik terhadap teori belajar behavioris ditujukan pertama seklai pada PBI. Akan tetapi, kritik ini cepat sekali tersebar pada PB2. Bila belajar bahsa tidak dapat diterangkan dengan bantuan pembentukan kebiasaan, jelaslah gagasan pokok interferensi tersebut harus segera ditantang. Gagasan ini, seperti yang telah disinggung dulu, bersandar pada asumsi bahwa kebiasaan- kebiasaan menyelusup serta menggangu pada sistem B2. Oleh karena itu masalahpun timbul,  yaitu mengenai terdiri atas apa sebenarnya interferensi itu kalau memang tidak melibatkan pemindahan atau pergantian kebiasaan. Sebagai tambahan terhadap kritik-kritik pada teori behavioris, ada beberapa keberatan terhadap aspek lain HAK itu, khususnya validitas penyamaan perbedaan dengan kesulitan pada suatu pihak, dan  kesulitan dengan pertama itu memang telah direnungkan dan dipikirkan. Secara singkat, perbedaan adalah suatu konsep linguistik antara dua sistem bahasa.
Yang kedua, dari penyamanan itu, yaitu bahwa kesukaran akan menimbulkan kesalahan juga terlihat sebagai validitas yang meragukan. B1 sang pelajar merupakan determinan atau faktor penentu bagi PB2. Akan tetapi tidak hanya satu-satunya determinan, dan tidak mungkin merupakan yang paling penting. Tetapi secara teoritis tidak wajar mengusahakan suatu spesifikasi yang tepat mengenai sumbangannya dengan yang berawal dari faktor-faktor lain. B1 merupakan sumber pengetahuan yang akan dipakai oleh para pelajar, baik secara sadar maupun secara tidak sadar untuk menolong mereka menyaring data B2 alam masukan dan menampilkan secara sebaik-baiknya dalam B2. Secara tepat bilamana dan bagaimana sumber ini dipakai tentu saja bergabung kepada keseluruhan faktor-faktor yang dilakukan oleh ciri-ciri formal dan pragmatik dan bahasa asli dan bahasa target (yaitu faktor-faktor linguistik) pada pihak lain. Pengaruh B1 rupanya penting jelas dalam fonologi B2- aksen asing ada dimana-mana tetapi itu akan terjadi dalam semua aspek B2. Jika PB2 dipandang sebagai suatu proses perkembangan, B1 dapat dipandang sebagai faktor pendukung bagi pelajar pun tumbuh terus, mungkin saja berkurang keampuhannya dan kekuatannya  ( Eliss, 1987 : 19-40).
Pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua pasti sangat di rasakan hal ini dikarenakan adanya perbedaan :
a.      Struktur
Dalam contoh struktur bisa kita lihat dari struktur kata di bawah ini perbedaan antara struktur bahasa inggris dengan bahasa Indonesia :
1.      Ani is a diligent girl
Ani adalah wanita yang rajin
2.      Fikri is a lazy boy
Fikri adalah malas laki-laki
b.      Pelafalan
Pelafalan bahasa inggris yang digunakan sangat berbeda dengan pelafalan bahasa indonesia. Bisa di lihat dari huruf vokal bahasa inggris yang pelafalannya berbeda :
/a/ dibaca /ei/
/i/ dibaca /ai/
/u/ dibaca /yu/
/e/ dibaca /i/
/o/ dibaca /o/
Karena pelafalan yang berbeda dalam setiap bunyi huruf vokal, maka pengucapan yang dilakukan seorang pembelajar bahasa Indonesia yg menggunakan B1 bahasa inggris akan mengucapkan kata air menjadi  eiir.
/a/ /i/ /r/ menjadi /ei/ //ai/ /r/.
Bunyi huruf vokal yang berbeda dari setiap bahasa ibu, akan mempengaruhi pelafalan kata yang di ucapkan dalam bahasa indonesia.
c.       Bunyi huruf vokal  bahasa ibu bahasa yang pertama dengan bahasa kedua
/a/ dibaca /ei/
/i/ dibaca /ai/
/u/ dibaca /yu/
/e/ dibaca /i/
/o/ dibaca /o/
d.      Kompetensi pembelajar yang belum sampai
Pengaruh bahasa pertama kian bertambah pada bahasa kedua jika pelajar diharapkan menghasilkan bahasa kedua sebelum dia mempunyai penguasaan yang cukup memadai terhadap bahasa barunya. Pelajar akan bergantung pada struktur-struktur bahasa pertama, baik dalam upaya komunikasi maupun terjemahan.
e.       Adat dan Budaya
Adat dan budaya seorang pembelajar BIPA  akan sangat berpengaruh terhadap  bahasa kedua yang  sedang dipelajari. Hal ini ndapat kita lihat dari sapaan pembelajar yang menggunakan bahasa inggris sebagia bahasa pertama akan menyapa tanpa menyebut nama sapaan seseorang. Contohnya tidak menyebut bapak, ibu, adik atau kakak terhadap orang lain yang berbeda usia dengannya.


EmoticonEmoticon