Pemerolehan bahasa
(bahasa Inggris: language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan
kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman
dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti
sintaksis,fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa
vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat.
Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang
mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibumereka dan bukan pemerolehan
bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau
orang dewasa.
Menurut Dardjowidjojodalam
bukunya “Psikolinguistik”, istilah pemerolehan dipakai untuk menerjemahkan
bahasa Inggris acquisition, yang diartikan sebagai proses penguasaan
bahasa secara alami dari seorang anak saat ia belajar bahasa ibunya (native
language). Istilah ini berbeda dari istilah pembelajaran yang dalam bahasa
Inggris adalah learning. Dalam pengertian pembelajaran, proses itu
berada dalam suasana yang formal, belajar di kelas serta ada seorang guru yang
mengajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses seorang anak belajar menguasai
bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses orang dewasa yang belajar di
kelas adalah pembelajaran.
Sedangkan
yang dimaksud pemerolehan bahasa kedua adalah saat
seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai
batas tertentu B1.Menurut
Wikipedia,
pemerolehan bahasa kedua adalah proses seseorang belajar bahasa kedua disamping
bahasa ibu mereka. Pemerolehan bahasa kedua merujuk kepada apa yang siswa
lakukan dan tidak merujuk kepada apa yang guru lakukan. Penelitian pemerolehan
bahasa kedua mempelajari psikologi dan sosiologi dari proses pembelajaran.
Terkadang istilah “pemerolehan” dan “pembelajaran” tidak diperlakukan sebagai
sinonim tapi justru mengacu pada aspek sadar dan bawah sadar dari masing-masing
proses. Bahasa kedua atau B2 biasanya mengacu pada semua bahasa yang dipelajari
setelah bahasa ibu mereka, yang juga disebut bahasa pertama, B1.
Faktor Usia dalam Pemerolehan B2
·
Usia Anak-anak
(0-11 tahun)
Dalam usia ini merupakan The Critical Period Hypothesis yaitu periode dimana penguasaan bahasa terjadi secara
alami dan dilakukan tanpa sengaja. Pada proses ini anak menemukan bunyi atau
kalimat yang didengarnya tanpa ada perasaan takut salah. Penfield dan Roberts
(1959) berpendapat bahwa usia maksimum untuk penguasaan bahasa yang
efektif biasanya berkisar antara dua sampai sebelas
tahun. Selama periode ini otak masih lentur, tetapi bila sudah memasuki masa
pubertas, maka elastisitas ini akan berangsur-angsur hilang. Hal ini bisa
terjadi, disebabkan oleh lateralisasi fungsi bahasa di otak sebelah kiri yaitu
kapasitas neurology dalam memahami dan memproduksi bahasa yang biasanya
melibatkan otak bagian kiri dan kanan.
Penfield dan Roberts (1959) ahli neurologi yang berargumentasi bahwa
kemempuan anak lebih besar untuk belajar bahasa dapat dijelaskan dengan
plastisitas yang lebih besar dari otak anak tersebut. Plastisitas otak
ditemukan berkurang manakala usia bertambah. (Hamied:82). Menurut Panfield dan
Roberts (1959) menampilkan bukti bahwa anak-anak mempunyai kapasitas menonjol
untuk mempelajari kembali ketrampilan bahasa setelah kecelakaan atau penyakit
yang merusak bidang ujaran dalam hemisfer serebral dominan biasanya hemisfer
sebelah kiri.
Dalam usia ini merupakan The Critical Period
Hypothesis yaitu periode dimana penguasaan bahasa terjadi secara alami dan
dilakukan tanpa sengaja. Pada proses ini anak menemukan bunyi atau kalimat yang
didengarnya tanpa ada perasaan takut salah. Penfield dan Roberts (1959)
berpendapat bahwa usia maksimum untuk penguasaan bahasa yang efektif biasanya berkisar antara dua sampai sebelas
tahun. Selama periode ini otak masih lentur, tetapi bila sudah memasuki masa
pubertas, maka elastisitas ini akan berangsur-angsur hilang. Hal ini bisa
terjadi, disebabkan oleh lateralisasi fungsi bahasa di otak sebelah kiri yaitu
kapasitas neurology dalam memahami dan memproduksi bahasa yang biasanya
melibatkan otak bagian kiri dan kanan.
o Selama periode ini otak masih lentur
o Kelenturan dalam otot-otot alat bicara
o Memiliki kelebihan dalam segi afektif
o Pada umur anak-anak pada umumnya
mereka memiliki motivasi integrative yang kuat untuk belajar bahasa.
o Unggul dalam faktor psikomotor,
o Pada usia anak-anak ini mereka
cenderung lemah dalam morfologi dan sintaksis karena mereka tidak memiliki
banyak pengalaman berbahasa.
• Usia
remaja (12-18 tahun)
Dalam
usia ini seseorang telah memasuki masa pubertas. Saat masuk masa
pubertas, maka kinerja otak menurun karena dengan bertambahnya usia maka
berkurang pula elastisitas otak. Hal ini diperkuat dengan Hamied:82 yaitu
plastisitas otak ditemukan berkurang manakala usia bertambah. Pada masa
pubertas literalisasi fungsi bahasa ke otak dominan telah selesai. Hal ini
mengakibatkan hilangnya plastisitas bagian otak yang diperlukan dalam belajar bahasa secara ilmiah. Oleh karena itu
setelah pubertas bahasa harus diajarkan melalui usaha sadar namun tetap
diusahakan sealamiah mungkin dan pada saat itu pengaruh aksen bahasa pertama
anak sering tidak dapat diatasi dengan mudah.
o Sudah meliputi masa pubertas.
o Pada usia ini pikiran dibentuk untuk
resmi operasional.
• Usia
dewasa (+19 tahun)
Sebagian besar masyarakat umum meyakini
bahwa anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa dalam pemerolehan bahasa
kedua, terutama hubungannya dengan pencapaian hasil akhir. Belajar bahasa kedua
ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi beberapa penelitian yang
dilakukan mengenai hal ini menunjukkan bahwa dalam beberapa hal justru
pebelajar dewasa yang lebih berhasil ketimbang anak-anak. Mereka yang belajar bahasa kedua setelah
dewasa tetap dapat mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitian
mengenai hal ini menunjukkan bahwa hanya masalah aksen yang mereka tidak mampu
merubah aksen mereka seperti penutur asli.
o Memiliki pengalaman berbahasa yang
lebih banyak.
o Berhasil dalam bidang morfologi dan
sintaksis.
o Dalam segi kognitif orang dewasa tetap
memiliki kemampuan memahami bahasa.
o Memiliki keuntungan dalam segi
afektif.
o Sudah meliputi masa pubertas.
o Lemah dalam segi psikomotorik.
EmoticonEmoticon