BUDAYA DAN BAHASA (V)



Dalam proses belajar, sudah pasti akan mengalami kesulitan. Begitu juga dengan belajar bahasa. Dalam proses pembelajaran bahasa, kesulitan-kesulitan tidak jarang terjadi dan dialami para pembelajar. Motivasi sangat diperlukan di sini sebagai bekal agar pembelajar asing tetap bisa belajar bahasa Indonesia dan budaya perlu dimunculkan dalam proses belajar baik yang bersifat formal ataupun nonformal. Kesulitan yang sudah pasti akan muncul pada saat belajar bahasa adalah perbedaan bahasa pertama pembelajar dengan bahasa kedua yang dipelajari pembelajar. Perbedaannya bisa meliputi struktur kalimat, pelafalan huruf, logat-logat yang ada dalam B2 akan berbeda dengan B1 pembelajar dan kebudayaan yang berbeda pada tiap negaranya. Oleh karena itu, dalam hal ini IC memang harus selalu dikembangkan guna memenuhi tercapainya keberhasilan para pembelajar asing. Pengenalan budaya sebagai salah satu peranan penting pembelajaran B2 perlu untuk selalu dimunculkan pada setiap pertemuan dalam proses belajar mengajar.
Berikut ini beberapa contoh perbandingan budaya di beberapa negara:
·           Bahasa yang digunakan setiap budaya tidak selalu mempunyai arti yang sama. Contoh kata ‘ya’ dalam budaya Amerika berarti menyetujui atau menerima pernyataan sebelumya, sedangkan kata ‘ya’ dalam budaya Jepang merupakan ekspresi yang menunjukkan bahwa mereka mengerti apa yang dimaksudkan oleh pembicara.
·           Penggunaan bahasa mencerminkan gambaran diri setiap budaya. Amerika menggunakan kata dan kalimat langsung serta menyimpulkan sesuatu dengan cepat, sedangkan budaya Jepang, Arab, dan Indonesia menganut keselarasan kelompok dan hubungan jangka panjang. Artinya, dalam mengambil suatu keputusan, mereka selalu berdiskusi atau bermusyawarah terlebih dahulu.
·           Apabila bertamu kepada orang Korea, mereka tidak segan-segan untuk menyuguhkan semua makanan yang ada di rumahnya dan akan berhenti menyuguhkan makanan sampai tamunya berkata ‘kenyang’. Orang Korea pun selalu menjunjung tinggi dan menunjukkan budayanya di manapun mereka berada.
·           Dalam budaya Korea pula tingkat kesopanan bisa dilihat dari cara mereka berkomunikasi melalui bahasa. Hal ini dapat dilihat saat orang Korea berbicara kepada orang yang usianya lebih tua dan orang yang baru dikenal. Misalnya kalimat tanya untuk orang yang lebih tua menggunakan kata “euseyo/seyo” pada akhir kalimat, contohnya Abojikkeso kosireso sinmuneul ilgeuseyo? “Apakah ayah membaca surat kabar di ruang tamu?”. Sedangkan kalimat tanya untuk orang yang seumuran atau lebih muda menggunakan kata “oeyo”pada akhir kalimat. Contohnya Kosireso sinmuneul ilgoeyo? Artinya “Kamu membaca surat kabar di ruang tamu?”.


EmoticonEmoticon