Dalam proses belajar, sudah pasti akan
mengalami kesulitan. Begitu juga dengan belajar bahasa. Dalam proses
pembelajaran bahasa, kesulitan-kesulitan tidak jarang terjadi dan dialami para
pembelajar. Motivasi sangat diperlukan di sini sebagai bekal agar pembelajar
asing tetap bisa belajar bahasa Indonesia dan budaya perlu dimunculkan
dalam proses belajar baik yang bersifat formal ataupun nonformal. Kesulitan
yang sudah pasti akan muncul pada saat belajar bahasa adalah perbedaan bahasa pertama
pembelajar dengan bahasa kedua yang dipelajari pembelajar. Perbedaannya bisa
meliputi struktur kalimat, pelafalan huruf, logat-logat yang ada dalam B2 akan
berbeda dengan B1 pembelajar dan kebudayaan yang berbeda pada tiap negaranya. Oleh
karena itu, dalam hal ini IC memang harus selalu dikembangkan guna memenuhi
tercapainya keberhasilan para pembelajar asing. Pengenalan budaya sebagai salah
satu peranan penting pembelajaran B2 perlu untuk selalu dimunculkan pada setiap
pertemuan dalam proses belajar mengajar.
Berikut ini beberapa contoh perbandingan
budaya di beberapa negara:
·
Bahasa yang digunakan
setiap budaya tidak selalu mempunyai arti yang sama. Contoh kata ‘ya’ dalam
budaya Amerika berarti menyetujui atau menerima pernyataan sebelumya, sedangkan
kata ‘ya’ dalam budaya Jepang merupakan ekspresi yang menunjukkan bahwa mereka
mengerti apa yang dimaksudkan oleh pembicara.
·
Penggunaan bahasa
mencerminkan gambaran diri setiap budaya. Amerika menggunakan kata dan kalimat
langsung serta menyimpulkan sesuatu dengan cepat, sedangkan budaya Jepang,
Arab, dan Indonesia menganut keselarasan kelompok dan hubungan jangka panjang.
Artinya, dalam mengambil suatu keputusan, mereka selalu berdiskusi atau
bermusyawarah terlebih dahulu.
·
Apabila bertamu kepada
orang Korea, mereka tidak segan-segan untuk menyuguhkan semua makanan yang ada
di rumahnya dan akan berhenti menyuguhkan makanan sampai tamunya berkata
‘kenyang’. Orang Korea pun selalu menjunjung tinggi dan menunjukkan budayanya
di manapun mereka berada.
·
Dalam budaya Korea pula
tingkat kesopanan bisa dilihat dari cara mereka berkomunikasi melalui bahasa.
Hal ini dapat dilihat saat orang Korea berbicara kepada orang yang usianya
lebih tua dan orang yang baru dikenal. Misalnya kalimat tanya untuk orang yang
lebih tua menggunakan kata “euseyo/seyo”
pada akhir kalimat, contohnya Abojikkeso
kosireso sinmuneul ilgeuseyo? “Apakah
ayah membaca surat kabar di ruang tamu?”.
Sedangkan kalimat tanya untuk orang yang seumuran atau lebih muda menggunakan
kata “oeyo”pada akhir kalimat.
Contohnya Kosireso sinmuneul ilgoeyo? Artinya “Kamu membaca surat
kabar di ruang tamu?”.
EmoticonEmoticon