BUDAYA DAN BAHASA (III)




            Dalam melihat keterkaitan antara bahasa dan budaya, Kramsch (1998, dikutip dari Risager 2006) melihat bahasa dalam fungsinya untuk mengekspresikan, menampilkan, dan menyimbolkan realitas budaya. Dengan menggunakan bahasa, manusia tidak hanya mengartikulasikan pengalaman, fakta-fakta, ide dan kejadian kepada satu sama lain, tetapi menyampaikan pula sikap, kepercayaan, dan sudut pandang. Bahasa menampilkan juga realitas budaya dengan membantu manusia menciptakan pengalaman. Pengalaman tersebut menjadi bermakna pada saat bahasa menjadi medianya. Masih menurut Kramsch (1998, dikutip dari Risager 2006), pengalaman budaya juga disimbolkan oleh bahasa. Bahasa menjadi simbol budaya karena, sebagai sebuah sistem tanda, bahasa mengandung nilai budaya. Manusia mampu mengenal dan membedakan satu sama lain sedikit banyak melalaui proses pengamatan terhadap cara penggunaan bahasanya. Memahami keterkaitan antara bahasa dan budaya menjadi penting dalam pengajaran bahasa kedua dan bahasa asing. Seperti diungkapkan oleh Liddicoat, Scarino & Kohler (2003), bahasa tidak semata-mata struktural, namun juga komunikatif dan bersifat sosial. Belajar bahasa baru, oleh karenanya, menjadi lebih rumit mengingat kompleksitas yang dibentuk oleh keterkaitan antara bentuk-bentuk linguistik dan aspek-aspek sosiokulturalnya.
            Dalam hal ini, bisa diambil contoh mengenai beberapa orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Secara tidak langsung, mereka juga akan mendapatkan pembelajaran mengenai budaya Indonesia. Baik itu yang didapatkan dari proses belajar formal maupun proses belajar alamiah yang didapat saat bersosialisasi. Ada juga beberapa contoh lain yaitu dilihat dari segi tujuan para pembelajar. Ada yang belajar bahasa Indonesia karena memang tertarik pada budaya yang dimiliki di Indonesia. Dalam hal pembelajaran B2, budaya memegang peranan yang cukup penting.


EmoticonEmoticon