BAHASA: PENGERTIAN, TEORI, DAN SEJARAHNYA

BAHASA: PENGERTIAN, TEORI, DAN SEJARAHNYA

Dalam aneka kamus, linguistik mengandung arti ‘ilmu bahasa’ atau bisa juga dikatakan sebagai ‘studi ilmiah mengenai bahasa menurut Matthews (1997).

Kemudian, di dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik mengandung makna sebagai berikut ini.

“The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”

Asal kata linguistik adalah dari bahasa lati, yaitu “lingua”. Arti kata "lingua" itu sendiri adalah bahasa. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, yaitu “linguistics”

Adapun dalam bahasa jerman ditulis “lingustique”.

Berdasarkan akar ditambah berbagai pengertian tentang linguistik di atas, dapat disimpulkan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa.

Mula-mula, ilmu bahasa berawal ketika adanya penelitian bahasa yang telah dimulai pada zaman Yunani, sekitar abad keenam sebelum masehi.

Saat zaman itu, mereka (para filsuf) tengah melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui apa itu bahasa dan dasar/batasan/hakikat bahasa itu sendiri.

Pada dasarnya, manusia hidup dalam tanda-tanda yang meliputi semua segi kehidupan mereka, seperti adanya tempat tinggal, bangunan, kesehatan, dan lain-lain.

Namun, dasar dari bahasa, apakah sama dengan kenyataan (realitas) ataukah tidak? Untuk hal itu, mereka belum menemukan kesepakatan.

Meskipun banyak filsuf bahasa, ada dua orang filsuf yang paling terkenal. Mereka adalah Aristoteles dan Plato.

Plato mengungkapkan bahasa merupakan physei (menyerupai realitas).

Pandangan Plato ini disetujui oleh kelompok naturalistik.

Adapun Aristoteles memiliki pandangan sebaliknya. Menurutnya, bahasa merupakan thesei (tak menyerupai kenyataan) terkecuali lambang bunyi dan onomatope. Pendapatnya Aristoteles didukung oleh golongan konvensionalis.

Ungkapan Plato lebih mengarah kepada bahasa tidak arbiter sedangkan Aristoteles lebih setuju bahwa bahasa itu arbiter.

Karena hal tersebut, kelompok lain pun bermunculan seperti golongan analogis dan anomalis. Analogis lebih condong kepada naturalistik sedangkan anomalis lebih condong kepada kelompok konvensionalis

Point of view para anomalis pun memiliki pengaruh bagi aliran Stoic.

Stoic, mereka lebih melirik pada permasalahan asal-usul bahasa secara filosofis.

Mereka mengklasifikasikan ada empat jenis kata, yaitu
  1.     verba
  2.     nomina
  3.     artikel
  4.     konjungsi

Selanjutnya, eksplorasi mengenai ilmu bahasa tersebut pun berkembang hingga detik ini dengan begitu pesatnya.

Ketertarikan untuk melakukan penelitian terhadap berbagai bahasa di benua Eropa telah berlangsung sebelum zaman Renaisans.

Contohnya:

  •         tata bahasa Eslandia, sekitar abad 12 masehi
  •         tata bahasa Irlandia , sekitar abad 7 masehi
  •         dan lainnya

Ketika masa itu, bahasa berperan sebagai alat dalam sastra. Adapun bila dijadikan objek untuk penelitian di sekolah/perguruan tinggi, masih dalam kerangkeng tradisional.

Penataan bahasa diumpamakan seolah seni dalam berujar dan menulis dengan baik dan benar.

Fungsi utama penata bahasa adalah melakukan petunjuk menngenai penggunaan bahasa yang baik, benar, sopan, dan jelas. Dengan kata lain, bahasa yang intelek.

Mengapa harus bahasa yang baik, benar, sopan, dan jelas?

Salah satu alasannya ialah demi menghindari adanya penggunaan bagian/unsur yang bisa merusak bahkan menghancurkan bahasa, misalnya ragam dalam dialog (percakapan) dan kata-kata serapan.


EmoticonEmoticon