SINGA DAN TIKUS


Di hutan, hiduplah seekor singa yang dijuluki Si Raja Hutan karena ia besar dan sangat kuat. ia menjadi pemimpin seluruh binatang yang ada di hutan tersebut. Jika mengaum, suaranya sangat keras, menakutkan dan menggetarkan seluruh isi hutan. Ia sangat berwibawa.

Alkisah, di hutan ini hidup juga sekelompok tikus yang tinggal di dalam lubang-lubang di antara bebatuan. Tikus-tikus ini tidak mengenal Singa Si Raja Hutan karena jarang keluar dari sarangnya.

Pada suatu hari, mereka keluar untuk bermain di atas bebatuan tempat mereka tinggal. Mereka berlompatan dengan riangnya. Kemudian, salah seekor dari tikus-tikus itu melompat tinggi. Ia terjatuh, jauh dari tempatnya melompat tadi. Dan, ternyata ia terjatuh tepat di atas kepala Singa yang sedang tidur lelap.

Singa terbangun kaget. Ia kemudian berdiri. Wajahnya teramat marah. Mulutnya menganga, memperlihatkan gigi-giginya yang tajam menakutkan. Terdengarlah aumannya yang sangat keras. Tikus-tikus tadi tersentak kaget. Mereka berlarian ke dalam bebatuan tempat mereka tinggal. Sementara Tikus yang terjatuh ke muka Singa tadi terdiam tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.


Sang Raja Hutan melihat Tikus kecil itu. Ia menangkap dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Si Tikus menjerit ketakutan. “Cit... cit... cit...” “Herrrggh... diamlah kau, Tikus kecil,” bentak Singa. “Kau makhluk lemah. Beraninya kamu berjalan di atas mukaku, sehingga mengganggu tidurku. Apa kau tidak takut? Aku akan membunuhmu!” kata Singa mengancam.

Tikus semakin ketakutan. Ia coba memberanikan diri. “Tolonglah, ampuni hamba, Tuan!. Jangan bunuh hamba. Mungkin suatu saat Tuan membutuhkan hamba.” 

Mendengar itu Singa tertawa. “Apa? Kau makhluk kecil dan lemah kubutuhkan? Aku adalah Raja di hutan ini dan seisi hutan ini tunduk padaku,” Singa menjelaskan. “Tapi, baiklah, aku yang besar ini malu rasanya membunuh makhluk kecil sepertimu. Nasibmu beruntung hari ini. Pergilah!” Singa menghardik

Kemudian, Singa melempar tikus jauh-jauh. “Terima kasih, Tuan!” teriak Tikus, yang segera saja berlari. Tikus kembali pada saudara-saudaranya. Ia menceritakan semua kejadian yang baru saja dialaminya. “Sungguh Raja Hutan itu baik sekali, telah melepaskan dan memaafkanku. Aku akan membalas kebaikannya itu,” katanya.


Suatu hari, Singa sedang berjalan-jalan di tengah hutan. Ia melihat sepotong daging yang besar di dalam jala. Ia tak sadar kalau itu perangkap pemburu. Ia makan daging itu dengan lahap. Lalu Singa pun terperangkap. Ia berusaha melepaskan diri dari perangkap itu. Namun, ia tak mampu melakukannya. Ia mengaum keras, menggetarkan seisi hutan.

Berdatanganlah singa yang lain, istri, anak, dan saudara-saudaranya. Singa betina maju dan berusaha melepaskan tali perangkap dengan cakar-cakarnya yang tajam. Tapi, ia tak herhasil. Kemudian, majulah anak-anaknya, singa-singa kecil, dan bersama-sama memutuskan tali perangkap itu. Juga tak berhasil. Singa yang lain maju melakukan hal yang sama. Hasilnya pun sama.

Si Raja Hutan yang terperangkap itu kembali mengaum keras, sampai terdengar oleh Tikus yang terjatuh di wajah Singa tempo hari. Ia keluar dari lubangnya dan berlari ke arah datangnya suara. Ia melihat Singa yang terperangkap.

“Jangan takut, Tuan. Aku datang membantumu,” katanya. Singa-singa yang berada di situ melihat ke arahnya dengan heran. “Kami saja yang besar dan kuat tak mampu melakukannya, apalagi kamu yang lemah dan kecil,” kata mereka sangsi.

“Aku akan mencobanya,” jawab Tikus. Tikus mulai menggigit tali jerat dengan gigi-giginya yang tajam. Akhirnya, terputuslah tali-tali itu satu per satu, sampai salah satu kaki singa bisa terlepas. Tetapi, Singa yang besar itu tetap belum dapat melepaskan dirinya. Tikus itu pun terus menggigit tali-tali itu sampai akhirnya badan Singa terlepas semua. Singa bangun dan berteriak gembira bersama singa-singa lain. Ia sangat berterima kasih pada Tikus yang telah menolongnya.


“Ketika melepaskanmu dulu, aku tidak berpikir sama sekali bahwa suatu saat kau dapat menolongku. Lalu menyelamatkanku dari bahaya seperti yang kau lakukan sekarang ini. Ketika itu, aku memaafkanmu karena kau makhluk kecil dan lemah. Sekarang, aku tahu bahwa siapa pun dapat menolong yang lain. Makhluk yang lemah sekalipun. Terima kasih atas pertolonganmu,” ucap Singa.


“Sama-sama, Tuan,” kata Tikus. Tikus itu pergi dengan membawa pengalaman baru baginya. Ia berlari dan ingin segera menceritakan hal itu pada teman-temannya.




(Sumber: Majid A. Abdul Aziz, 2002).


EmoticonEmoticon